Kamis, 18 Desember 2014

Ma'rifatullah

MA’RIFATULLAH LECTURER : Hayati Syafri, S.S., M.Pd. Written By : Rahmat Syukran Register Number : 2312.050 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2014 Ma’rifatullah Cara mengenal Allah Terdapat berbagai cara yang dilakukan manusia untuk mengenal Tuhan. Secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, sebagai berikut : 1. Cara pertama adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir, orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Mereka berusaha mencari jawaban tentang keberadaan tuhan melalui panca indera dan hawa nafsu. Akibatnya, ketika Tuhan tersebut tidak dapat mereka lihat, tidak dapat didengar, tidak dapat dirasa, dan tidak dapat dicium, maka mereka berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada, atau paling tidak mereka menerima keberadaan keberadaan Tuhan dengan dihantui oleh keraguan-keraguan yang besar. (Q.S. 24: 50), dan akhirnya mereka tidak makrifah (mengenal) Allah SWT. 2. Cara kedua adalah cara islam dalam mengenal Allah SWT, yaitu dengan meneliti dan menafakkuri alam semesta beserta segala keindahan, kerapihan dan kedahsyatannya. (Q.S. 41: 53, 3: 190) lalu menggabungkannya dengan isyarat-isyarat yang ada di dalam Al-qur’an (Q.S. 95: 1-5), sehingga sampai kepada sikap membenarkan tentang adanya Sang Maha Pencipta, dan Maha Pengatur. (Q.S. 3: 191) Dalil-Dalil bukti eksistensi Allah 1. Dalil fitrah, bahwa fitrah manusia siapapun dia adalah mengakui akan eksistensi sesuatu yang berkuasa yang sangat dibutuhkannya terutama pada saat ia menghadapi kondisi-kondisi yang genting. (Q.S. 7: 172, 29: 61) 2. Dalil inderawi, bahwa keberadaan panca indera manusia, dan apa yang dapat diinderai oleh kelima indera tersebut menjadi dalil bagi keberadaan dan kebesaran Penciptanya. (Q.S. 54: 1, 17: 1) 3. Dalil akal, keberadaan sesuatu menunjukkan adanya yang menciptakannya. (Q.S. 41: 53, 27: 88). 4. Dalil dari ayat-ayat Al-qur’an (Q.S. 4: 82, 17: 88). Allah SWT menurunkan Al-qur’an dengan berbagai mukjizat di dalamnya. Semua kisah-kisah-Nya dibenarkan sejarah. Semua teorinya tentang ilmu pengetahuan pun dibenarkan oleh para ilmuwan. 5. Dalil sejarah, Allah SWT menyebutkan tentang berbagai kisah yang kesemuanya dibenarkan oleh para ahli sejarah. Peninggalan-peninggalannya masih tersisa hingga saat ini, dan dapat dilihat untuk membuktikan kebenaran Al-qur’an. (Q.S. 3: 137, 7: 176) 6. Dalil logika statistika, semua keteraturan menunjukkan adanya Allah SWT sebagai yang menciptakan (al-khaliq), dan sekaligus senantiasa mengatur ciptaannya setiap waktu (al-qayyum) Mencintai Allah SWT Tanda-tanda seorang yang mencintai Allah SWT, adalah : 1. Banyak mengingat Allah SWT. (Q.S. 8: 2) 2. Terpesona. (Q.S. 1: 1) 3. Ridha: rela. (Q.S. 9: 62) 4. Berkorban. (Q.S. 2: 207) 5. Takut. (Q.S. 21: 90) 6. Penuh harap. (Q.S. 21: 90) 7. Patuh. (Q.S. 4: 80) Hal-Hal yang Menghalangi Ma’rifatullah Penghalang-penghalang kita untuk mengenal Allah SWT ada dua macam, yaitu : penyakit syahwah (berkaitandengan hati, berupa nafsu dan kesenangan) dan penyakit syubhat (berbagai hal yang menimbulkan keraguan, lebih banyak berkaitan dengan masalah akal dan logika) 1. Yang termasuk penyakit syahwah, diantaranya : A. Al-fisqu (kefasikan) Orang fasik adalah orang yang ternoda kehormatan dan kredibilitasnya akibat kesalahan yang ia lakukan. Kebalikan dari orang yang adil yang tidak tercela. B. Al-kibru (kesombongan) Suatu ketika, seorang sahabat yang suka pakaian dan sandal bagus menanyakan tentang dirinya apakah termasuk sombong atau tidak, Rasulullah SAW menjawab bahwa sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. C. Azh-zhulmu (kezhaliman) Adalah sikap melampaui batas atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Al-qur’an menyebut kemusyrikan sebagai kezhaliman yang besar karena orang yang musyrik menempatkan makhluk sejajar dengan Allah SWT. D. Al-kadzibu (dusta) Dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa dusta mengantarkan seorang pada dosa, sedangkan dosa akan mengantarkannya ke neraka. E. Al-ma’ashi (kemaksiatan) Lawan kemaksiatan adalah ketaatan. Kefasikan, kesombongan, kezhaliman, dan dusta termasuk bentuk kemaksiatan. 2. Yang termasuk penyakit syubhat, diantaranya : A. Al-jahlu (kebodohan) Islam menjungjung tinggi ilmu dan orang yang berilmu (ulama) bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk mencari ilmu (membaca) B. Al-irtiyah (keragu-raguan) Penyakit ini terindikasi dengan identitas dan kepribadian yang tidak jelas. Rasullulah SAW berpesan agar kita meninggalkan yang ragu-ragu dan beralih pada yang tidak meragukan. C. Al-inhiraf (penyimpangan) Penyimpangan dapat berawal dari kesengajaan atau ketidaksengajaan. Akibat tidak tahu orang akan menyimpang dari jalan yang benar, hal ini dapat berlanjut pada kesengajaan untuk menyimpang. D. Al-ghaflah (lalai) Kenikmatan sering membuat seseorang lalai. Akibatnya ia tidak tahu arah, akhirnya ia akan mengalami kebimbangan dalam hidupnya. SARANA MA’RIFATULLAH Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah : A. Akal sehat Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah “ Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191 Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” HR. Abu Nu’aim B. Para Rasul Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma’rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..” QS. 57:25 C. Asma dan Sifat Allah Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah : “Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma’ al husna (nama-nama yang terbaik) QS. 17:110 Asma’ al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah: “ Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…” QS. 7:180 Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al ma’rifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar